Sabtu, 14 Januari 2012

John Calvin



JOHN CALVIN



John Calvin (10 Juli 1509 – 27 Mei 1564) adalah teolog Kristen Prancis terkemuka pada masa Reformasi Protestan. Namanya kini dikenal dalam kaitan dengan sistem teologi Kristen yang disebut Calvinisme. Ia dilahirkan dengan nama Jean Chauvin (atau Cauvin) di Noyon, Picardie, Prancis, dari Gérard Cauvin dan Jeanne Lefranc. Bahasa Prancis adalah bahasa ibunya. Calvin berasal dari versi Latin namanya, Calvinus. Martin Luther memasang 95 dalil pada 1517, ketika Calvin baru berumur 8 tahun.


Biografi


Pada 1523, dalam usia 14 tahun, ayah Calvin, seorang pengacara, mengirimnya ke Universitas Paris untuk belajar humaniora dan hukum. Pada tahun 1532, ia telah menjadi Doktor Hukum di Orléans. Terbitannya yang pertama adalah sebuah edisi dari buku karya filsuf Romawi Seneca, De clementia, yang diberikannya komentar yang mendalam.

Pada 1536 ia menetap di Jenewa, ketika ia dihentikan dalam perjalannya ke Basel, oleh bujukan pribadi dari William Farel, seorang reformator. Ia menjadi pendeta di Strasbourg dari 1538-1541, lalu kembali ke Jenewa. Ia tinggal di sana hingga kematiannya pada 1564.

John Calvin berniat menikah untuk menunjukkan sikap positifnya terhadap pernikahan daripada kehidupan selibat. Ia meminta teman-temannya menolongnya mencarikan seorang perempuan yang "sederhana, taat, tidak sombong, tidak boros, sabar, dan bisa merawat kesehatan saya." Pada 1539 ia menikah dengan Idelette de Bure, janda seseorang yang dulunya anggota Anabaptis di Strasbourg. Idelette mempunyai seorang anak laki-laki dan perempuan dari almarhum suaminya. Namun hanya anak perempuannya yang pindah bersamanya ke Jenewa. Pada 1542, suami-istri Calvin mendapatkan seorang anak laki-laki yang dua minggu kemudian meninggal dunia. Idelette Calvin meninggal pada 1549. Calvin menulis bahwa istrinya telah banyak menolongnya dalam pelayanan gerejanya, tidak pernah menghalangi, tidak pernah menyusahkannya dengan urusan anak-anaknya dan berjiwa besar.


Tulisan-tulisan Calvin


Calvin menerbitkan beberapa revisi dari Institutio, sebuah karya yang menjadi dasar dalam teologi Kristen yang masih dibaca hingga sekarang. Tulisan ini dibuatnya dalam bahasa Latin pada 1536 (pada usia 26 tahun) dan kemudian dalam bahasa ibunya, bahasa Prancis, pada 1541, dan edisi finalnya masing-masing muncul pada tahun 1559 dan 1560.

Ia juga banyak menulis tafsiran tentang kitab-kitab di dalam Alkitab. Untuk Perjanjian Lama, ia menerbitkan tafsiran tentang semua kitab kecuali kitab-kitab sejarah setelah Kitab Yosua (meskipun ia menerbitkan khotbah-khotbahnya berdasarkan Kitab 1 Samuel dan sastra Hikmat kecuali Mazmur. Untuk Perjanjian Baru, ia melewatkan Surat 2 Yohanes dan Surat 3 Yohanes serta Kitab Wahyu. (Sebagian orang mengatakan bahwa Calvin mempertanyakan kanonisitas Kitab Wahyu, tetapi ia mengutipnya dalam tulisan-tulisannya yang lain dan mengakui otoritasnya, sehingga teori itu diragukan.) Tafsiran-tafsiran ini pun ternyata tetap berharga bagi para peneliti Alkitab, dan setelah lebih dari 400 tahun masih terus diterbitkan.

Dalam jilid ke-8 dari Sejarah Gereja Kristen karya Philip Schaff, sang sejarahwan mengutip teolog Belanda Jacobus Arminius (Arminianisme, sebuah gerakan anti-Calvinis, dinamai sesuai dengan nama Arminius), sehubungan dengan nilai tulisan-tulisan Calvin:

Selain mempelajari Alkitab yang sangat saya anjurkan, saya mengimbau murid-murid saya untuk memanfaatkan Tafsiran-tafsiran Calvin, yang saya puji jauh melebihi Helmich (seorang tokoh gereja Belanda, 1551-1608); karena saya bahwa ia sungguh tidak tertandingi dalam penafsiran Kitab Suci, dan bahwa tafsiran-tafsirannya harus jauh lebih dihargai daripada semua yang telah diwariskan kepada kita oleh khazanah para Bapak Gereja; sehingga saya mengakui bahwa ia memiliki jauh dari kebanyakan orang lain, atau lebih tepatnya, jauh melampaui semua orang, apa yang dapat disebut semangat nubuat yang menonjol. Institutio-nya harus dipelajari setelah Katekismus Heidelberg, karena mengandung penjelasan yang lebih lengkap, namun, seperti tulisan-tulisan semua orang, juga mengandung prasangka.


Penyebaran Calvinisme


Lukisan gravir dari lukisan minyak asli di Perpustakaan Universitas Jeneva; lukisan ini dianggap paling mirip dengan Calvin.Sebagaimana praktik Calvin di Jenewa, terbitan-terbitannya menyebarkan gagasan-gagasannya tentang bagaimana Gereja Reformasi yang benar itu ke banyak bagian Eropa. Calvinisme menjadi sistem teologi dari mayoritas Gereja Kristen di Skotlandia, Belanda, dan bagian-bagian tertentu dari Jerman dan berpengaruh di Prancis, Hongaria (khususnya di Transilvania dan Polandia.

Kebanyakan kolonis di daerah Atlantik Tengah dan New England di Amerika adalah Calvinis, termasuk kaum Puritan dan para kolonis di New Amsterdam (New York). Para kolonis Calvinis Belanda juga merupakan kolonis Eropa pertama yang berhasil di Afrika Selatan pada awal abad ke-17, dan menjadi apa yang dikenal sebagai orang Boer atau Afrikaner.

Sebagian besar wilayah Sierra Leone dihuni oleh para kolonis Calvinis dari Nova Scotia, yang pada umumnya adalah kaum loyalis kulit hitam, yaitu orang-orang kulit hitam yang berperang untuk Britania Raya pada masa Perang Kemerdekaan Amerika.

Sebagian dari gereja-gereja Calvinis yang paling besar dimulai oleh para misionaris abad ke-19 dan abad ke-20, khususnya di Indonesia, Korea dan Nigeria.


Riba dan kapitalisme


Sebuah aliran pemikiran telah lama menganggap Calvinisme merupakan revolusi terhadap sikap bermusuhan Abad Pertengahan terhadap riba, dan, secara tidak langsung, keuntungan. Hal ini ikut mempersiapkan berkembangnya kapitalisme di Eropa utara. Hubungan ini dikemukakan dalam karya-karya berpengaruh dari R.H. Tawney dan Max Weber.

Calvin mengungkapkan pikirannya tentang riba dalam sebuah suratnya kepada seorang teman, Oecolampadius. Dalam surat ini, ia mengecam penggunaan ayat-ayat Alkitab tertentu oleh orang-orang yang menentang pemberlakuan bunga uang. Calvin menafsirkan kembali ayat-ayat tersebut dan mengatakan bahwa ayat-ayat yang lainnya sudah tidak relevan lagi mengingat kondisi-kondisi yang telah berubah.

Calvin juga menolak argumen (yang didasarkan pada tulisan-tulisan Aristoteles) bahwa mengambil bunga uang adalah keliru, karena uang sendiri itu mandul. Ia mengatakan bahwa dinding dan atap rumah pun mandul, tetapi orang diizinkan meminta bayaran dari seseorang yang menggunakannya. Dalam cara yang sama, uang pun dapat dimanfaatkan.

Namun demikian, Calvin juga berkata bahwa uang harus dipinjamkan kepada orang-orang yang sangat membutuhkannya, tanpa harus mengharapkan bunga.


Jenewa yang diperbarui


Pada saat perang Ottoman, John Calvin sedang melakukan perjalanan ke Strasbourg dan melalui kanton-kanton di Swiss. Ketika singgah di Jeneva, William Farel meminta Calvin agar menolongnya dengan urusan gereja. Tentang permohonan Farel ini, Calvin menulis, "Saya merasa seolah-olah Allah sendiri dari surga telah menyuruh saya untuk menghentikan perjalanan saya." Bersama-sama Farel, Calvin berusaha melembagakan sejumlah perubahan dalam pemerintahan kota dan kehidupan keagamaan. Mereka menyusun sebuah buku katekismus dan pengakuan iman; seluruh warga kota itu mereka wajibkan untuk mengakuinya. Dewan kota menolak pengakuan iman Calvin dan Farel, dan pada Januari 1538 mereka mencabut kekuasaan kedua orang ini untuk melakukan ekskomunikasi, sebuah kekuasaan yang mereka anggap penting untuk pekerjaan mereka. Calvin dan Farel menjawabnya dengan memberlakukan larangan umum kepada semua penduduk Jenewa untuk mengikuti Perjamuan Kudus pada kebaktian Paskah. Karena itu, dewan kota pun mengusir mereka dari kota tersebut. Farel pergi ke Neuchâtel, dan Calvin ke Strasbourg.

Selama tiga tahun Calvin melayani sebagai seorang dosen dan pendeta sebuah gereja dari orang-orang Huguenot Prancis di Strasbourg. Pada masa pembuangannya itulah Calvin menikahi Idelette de Bure. Ia juga dipengaruhi oleh Martin Bucer, yang menganjurkan sebuah sistem politik dan struktur gerejawi yang mengikuti pola Perjanjian Baru. Calvin tetap mengikuti perkembangan-perkembangan di Jenewa, dan ketika Jacopo Sadoleto, seorang kardinal Katolik, menulis sebuah surat terbuka kepada dewan kota yang isinya mengajak Jenewa untuk kembali ke Gereja induk (Gereja Katolik Roma), jawaban Calvin atas nama kaum Protestan Jenewa yang sedang mengalami berbagai serangan, menolongnya mendapatkan kembali respek yang telah hilang sebelumnya. Setelah sejumlah pendukung Calvin memenangkan jabatan di Dewan Kota Jenewa, ia diundang kembali ke kota itu pada 1541.

Sekembalinya ke sana, berbekal wewenang untuk menyusun bentuk kelembagaan gereja, Calvin memulai program pembaharuannya. Ia menetapkan empat kategori dalam pelayanan gereja, dengan peranan dan kekuasaan yang berbeda-beda:

Doktor memegang jabatan dalam ilmu teologi dan pengajaran untuk membangun umat dan melatih orang-orang dalam jabatan-jabatan lain di gereja.
Pendeta yang bertugas berkhotbah, melayankan sakramen, dan menjalankan disiplin gereja, mengajar, dan memperingatkan umat.
Diaken mengawasi pekerjaan amal, termasuk pelayanan di rumah sakit dan program-program untuk melawan kemiskinan.
Penatua yaitu 12 orang awam yang tugasnya adalah melayani sebagai suatu polisi moral. Mereka umumnya mengeluarkan surat-surat peringatan, serta bila perlu menyerahkan para pelanggar ke Konsistori.

Para pengkritik seringkali menganggap Konsistori sebagai lambang pemerintahan teokratis Calvin. Konsistori adalah sebuah peradilan gerejawi yang terdiri atas sejumlah penatua dan pendeat, yang diberikan kuasa untuk mempertahankan ketertiban di dalam gereja dan di antara para anggotanya. Pelanggaran merentang dari menyebarkan doktrin yang salah hingga pelanggaran moral, misalnya berdansa dengan liar dan menyanyi dengan dengan buruk. Bentuk-bentuk penghukuman biasanya lunak -- pelanggar dapat disuruh menghadiri khotbah-khotbah yang disampaikan secara terbuka atau kelas-kelas katekisasi. Perlu diingat konteks geopolitik yang lebih luas dari lembaga ini sebelum kita menilainya. Kaum Protestan pada abad ke-16 seringkali dikenai tuduhan oleh pihak Katolik bahwa mereka menciptakan doktrin-doktrin baru dan bahwa inovasi seperti itu mau tidak mau menyebabkan kemerosotan akhlak dan, pada akhirnya, kehancuran masyarakat itu sendiri. Calvin mengklaim bahwa ia ingin menegakkan legitimasi moral dari gereja yang diperbarui sesuai dengan programnya, namun juga meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan individu, keluarga, dan masyarakat. Dokumentasi yang baru-baru ini ditemukan mengenai jalannya Konsistori memperlihatkan setidak-tidaknya perhatian terhadap kehidupan rumah tangga dan kaum perempuan pada khususnya. Untuk pertama kalinya kaum laki-laki yang serong dihukum sama kerasnya dengan kaum perempuan, dan Konsistori sama sekali tidak memperlihatkan toleransi terhadap pemukulan atau penyiksaan terhadap pasangan (khususnya istri). Peranan Konsistori ini kompleks. Badan ini membantu mentransformasikan Jenewa menjadi kota yang digambarkan oleh reformator Skotlandia John Knox sebagai "sekolah Kristus yang paling sempurna yang pernah ada di muka bumi sejak zaman para Rasul."

Namun demikian, tampaknya Calvin tidak bermaksud menggunakan Konsistori untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya dan untuk mempertahankan kontrolnya terhadap kehidupan sipil dan keagamaan di Jenewa. Calvin bergerak dengan cepat untuk menjawab pertanyaan apapun yang diajukan tentang tindakan-tindakannya. Kejadian yang paling menonjol adalah kasus Pierre Ameaux dan Jacques Gruet. Calvin enggan menahbiskan orang-orang Jenewa, karena ia lebih suka memilih pendeta dari arus para imigran Prancis yang masuk ke kota itu dengan maksud semata-mata mendukung program pembaruan Calvin. Ketika Pierre Ameaux mengeluh tentang praktik ini, Calvin menganggapnya sebagai serangan terhadap kewibawaannya sebagai seorang pendeta, dan ia membujuk dewan kota untuk memaksa Ameaux untuk berjalan mengelilingi kota dengan berpakaian rambut dan memohon belas kasihan di lapangan-lapangan terbuka. Jacques Gruet memihak dengan sejumlah keluarga Jenewa lama, yang menentang kekuasaan dan metode-metode Konsistori. Ia dipersalahkan dalam suatu insiden di mana seseorang menempatkan sebuah plakat di salah satu gereja di kota itu, yang berbunyi: "Bila orang telah terlalu banyak menderita, balas dendam pun akan dilakukan." Calvin menyetujui bahwa Gruet disiksa sampai mati, dengan tuduhan bahwa ia telah bersekongkol dengan sebuah komplotan Prancis untuk menyerang kota itu.

Pada 1553, dengan persetujuan Calvin, Michael Servetus (Miguel de Servetus) dijatuhi hukuman mati pada sebuah tiang atas tuduhan menyebarkan ajaran sesat. Servetus dipandang banyak Unitarian sebagai salah seorang pendiri agama mereka. Calvin sendiri meminta dewan - namun gagal - agar hukuman mati itu diubah dari hukuman bakar dengan hukuman mati dengan pedang. Rincian historis dapat ditemukan dalam Schaff [1]. Calvin tetap pada posisinya hingga ia meninggal. Hukuman mati Servetus merupakan sebuah argumen utama yang digunakan untuk menyerang Calvin sejak masa hidupnya hingga sekarang, meskipun sejumlah sejarahwan percaya bahwa "Calvin hanya sial, dan bukannya bersalah besar karena intoleransi di antara para Reformator. Ia dan Servetus adalah orang-orang yang paling banyak diserang pada abad ke-16. Nama baik Calvin telah dijelek-jelekkan, sementara Servetus telah terlalu jauh dibersihkan dari kesalahan jauh melampaui titik tolak abad ke-16, bukan abad ke-19." [2]. Pada 1559 Calvin mendirikan sebuah sekolah untuk mendidik anak-anak serta rumah sakit untuk merawat orang miskin.

Kesehatan Calvin mulai memburuk ketika ia menderita sakit kepala, perdarahan paru-paru, asam urat dan batu ginjal. Kadang-kadang, ia harus digotong ke mimbar. Calvin juga mengalami hal-hal yang mengalihkan perhatiannya. Menurut Beza [3], Calvin hanya makan satu kali sehari selama satu dasawarsa, namun atas nasihat dokternya, ia makan telur dan minum segelas anggur pada tengah hari [4],(meskipun ia seorang yang keras menentang konsumsi alkohol yang berlebihan; lihat Tafsirannya tentang Kejadian 9:20 [5]); rekreasinya hanya terdiri dari jalan kaki setelah makan. Menjelang akhir hayatnya, Calvin berkata kepada teman-temannya yang kuatir tentang kadar kerjanya sehari-hari, "Apa? Apakah kalian ingin aku menganggur apabila Tuhan menemukan aku saat Ia datang kembali kedua kalinya?"

John Calvin meninggal di Jenewa pada 27 Mei 1564. Ia dikuburkan di Cimetière des Rois dengan sebuah batu nisan yang ditandai semata-mata dengan inisialnya, "J.C", sebagian untuk menghormati permintaannya agar ia dikuburkan di sebuah tempat yang tidak dikenal, tanpa saksi ataupun upacara.

Calvinisme


CALVINISME


Calvinisme adalah sistem teologi yang dirumuskan oleh Johannes Calvin dalam karyanya yang utama yaitu institutio dan diterima dengan banyak perubahan oleh gereja-gereja non-Lutheran.

Alkitab dipandang sebagai aturan bagi iman. Ia cukup berisi segala yang perlu mengenai Allah dan tugas-tugas orang percaya terhadap Allah dan sesama manusia. Kewibawaan Alkitab terjamin oleh pekerjaan Roh Kudus.

Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, ia dapat mencapai kebajikan melalui kuasa-kuasa alamiah, namun kejatuhan manusia ke dalam dosa telah mengubah hakekat manusia sehingga sekarang semua manusia berada di bawah kuasa dosa. Manusia tidak lagi bebas, sehingga ia memerlukan rahmat Allah. Semua perbuatan manusia pada hakekatnya dosa dan manusia hanya dibenarkan karena rahmat Allah saja. Perbuatan baik tidak mempunyai andil apa pun dalam tindakan pembenaran Allah terhadap manusia berdosa. Pembenaran Allah hanya dapat disambut oleh manusia dengan iman.

Dalam Calvinisme terdapat ajaran tentang predestinasi. Calvin mengajarkan bahwa sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, bahkan sebelum penciptaan, Allah telah menetapkan beberapa orang untuk memperoleh keselamatan dan yang lainnya untuk memperoleh penghukuman. Pokok ajaran ini membawa banyak perdebatan dan perbedaan pandangan di kalangan Calvinis sendiri, serta mengakibatkan perpecahan-perpecahan dalam kalangan Calvinis.

Calvinisme membela teokrasi di dalam gereja. Negara harus bersama-sama dengan gereja untuk menegakkan keadilan serta memuliakan Allah. Kedua-duanya harus berdampingan dan masing-masing mendapat tugas tertentu dari Allah yang harus dipertanggungjawabkannya kepada Tuhan Allah. Mengenai sakramen, terutama Perjanjian Kudus, Calvin berusaha untuk mencari jalan tengah antara ajaran Luther dengan Zwingli. Calvinisme dianut di mana-mana. Dalam kalangan Huguenot di Perancis, Belanda, Skotlandia, Inggris dan Amerika Serikat. Calvinisme memperlihatkan pengaruhnya yang sangat besar. Pada abad ke-18 dan 19 pengaruh Calvinisme merosot karena pengaruh rasionalisme, namun kemudian pada permulaan abad ke-20 Calvinisme menjadi kuat kembali karena karya Karl Barth.
TULIP (doktrin gereja aliran Calvinisme )


Ajaran dari ke lima pokok Calvinisme datangnya dari era Reformasi, dan ini bukan hanya dari Calvin saja tetapi dari banyak ahli-ahli teologi selama zaman Reformasi kira-kira 400 tahun yang lalu pada waktu gereja-gereja di Eropah pada dasarnya mulai sampai pada kebenaran Alkitab.
Hal ini terjadi pada taraf yang tinggi di Jerman, Swiss, Hungaria, Belanda, dst-nya; mereka telah benar-benar merenungkan ke lima dasar yang sangat penting ini yang menyatakan kepada kita suatu dasar dari keselamatan sejati berdasarkan "kasih karunia" atau "anugrah" yang disingkat menjadi TULIP, yaitu:


- Total Depravity (Kerusakan Moral Yang Total)

- Unconditional Election (Pemilihan Tanpa Syarat)

- Limited Atonement (Penebusan Yang Terbatas)

- Irresistible Grace (Karunia Yang Tak Dapat Ditolak)

- Perseverance of the saint (Penjagaan Orang-orang Kudus)



Ini dimulai dengan pendapat tentang "kerusakan moral yang total", yaitu bahwa secara moral manusia adalah rusak sepenuhnya. Hal ini didasarkan dari Roma pasal 3 yang menyatakan bahwa dari dalam dirinya sendiri tidak ada satu orangpun yang benar dan tidak ada satu orangpun yang mencari Allah, yaitu Allah yang benar. Dengan demikian hal ini juga sangat sesuai dengan Yohanes 6:44 yang berkata:

"Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman."

Dan dalam Roma 3:10-11 kita membaca demikian:

"seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah."

Kemudian ini diteruskan dengan "pemilihan tanpa syarat", yaitu kita tidak diselamatkan berdasarkan usaha atau pekerjaan apapun yang dapat kita lakukan sendiri (injil pekerjaan), keselamatan yang sejati diberikan 100% sebagai "kasih karunia" yang seluruhnya merupakan pekerjaan Tuhan (Injil Anugrah). Hal ini bisa ditemukan di Roma pasal 9 dan di Efesus 2:8 kita baca demikian:

"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah"

Dan kemudian ini menunjuk kepada "penebusan yang terbatas", yaitu Kristus pergi ke kayu salib bukan untuk menebus dosa-dosa semua orang yang ada diseluruh dunia, tetapi Kritus hanya menebus dosa-dosa umat pilihan-Nya yang sudah ditentukan sejak semula ketika dunia dijadikan, hal ini didasarkan atas sejumlah besar bagian-bagian seperti Yohanes 6:37, Yohanes 17:9, Wahyu 13:8, dan Efesus 1:4 berkata sebagai berikut:

"Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya."

Lalu ini berbicara tentang "kasih karunia" yang begitu kuat yang tidak dapat ditolak, yaitu Tuhan akan menyelamatkan semua orang-orang yang Ia ingin untuk selamatkan, dan tidak satu orangpun yang dapat menghalangi rencana Tuhan. Di Yohanes 6:39 kita baca demikian:

"Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman."

Kemudian pokok yang terakhir berbicara mengenai "penjagaan orang-orang kudus", yaitu mereka yang sudah betul-betul diselamatkan (mendapatkan kebangkitan jiwa yang baru) tidak dapat kehilangan keselamatan mereka. Ini didasarkan atas ayat-ayat seperti di Yohanes 10, tidak ada sesuatu apapun yang dapat merampas orang-orang pilihan dari tangan Kristus. Dan kitab Ibrani 12 menyatakan bahwa Kristus adalah "pencipta dan penyelesai" iman kita, dan juga satu bagian dalam Roma pasal 8.

Menurut kalangan Calvinisme, ke lima pokok-pokok tersebut adalah benar-benar tepat, dan benar-benar didasarkan atas Alkitab. Hal inilah yang menjadi landasan dasar dari kebanyakan gereja-gereja Kristen Protestan di dalam era Perjanjian Baru. Tetapi walaupun ada banyak dari mereka yang mengikuti atau mulai menghadapi doktrin-doktrin Injil anugrah ini tetapi ada banyak juga yang menentang dan ingin untuk melemahkannya, dan hal itu terus berlangsung sampai hari sekarang ini.

APAKAH CALVINISME BERBAHAYA?
(IS CALVINISM DANGEROUS?)



Oleh R. L. Hymers, Jr., M.Div., D.Min., Th.D., Litt.D.
Diterjemahkan Dr. Eddy Peter Purwanto

Dikhotbahkan di Kebaktian Sabtu Malam, 22 Juli 2006
di Baptist Tabernacle of Los Angeles



“Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.” (Markus 10:26-27).


Beberapa orang yang membaca khotbah-khotbah saya di Internet berkata bahwa saya adalah seorang Calvinis. Mereka melihat, di dalam khotbah-khotbah saya, bahwa saya sering mengutip para tokoh Calvinis terkenal di masa lalu, seperti misalnya Dr. John Gill, seorang ahli tafsir Alkitab Baptis yang tersohor di abad delapan belas, John Bunyan, penulis novel Perjalanan Seorang Musyafir, dan khususnya C.H. Spurgeon, “pangerannya para pengkhotbah.” Ketiga orang tersebut adalah orang Baptis dan ketiganya benar-benar Calvinistik dalam teologi mereka.

Ketika orang membaca khotbah-khotbah saya mereka sadar bahwa saya memiliki perhatian/respek yang besar terhadap ketiga orang di atas. Mereka juga melihat bahwa saya juga sangat menghormati George Whitefield, yang saya akui sebagai penginjil terbesar dari segala masa di dunia berbahasa Inggris. Whitefield adalah orang yang mempertahankan lima pokok Calvinis. Demikian juga, saya sering mengacu kepada para misionaris pionir besar, seperti misalnya William Carey, Adoniram Judson, dan David Livingstone, yang mana mereka semua adalah orang-orang yang mempertahankan pandangan lima pokok Calvinisme.

Namun, walaupun saya sangat menghormati orang-orang ini, dan kaum Puritan (yang juga adalah orang-orang Calvinis), saya tidak mengakui bahwa saya menjadi pembela lima pokok Calvinis. Saya mempertahankan poin pertama dan poin terakhir dari lima pokok Calvinisme itu, namun saya tidak mempertahankan poin kedua, ketiga dan keempat. Oleh sebab itu, kadang-kadang saya disebut sebagai “Calvinis moderat.”

Berbicara dari posisi ini, saya akan mendaftarkan lima pokok Calvinisme dan memberikan deskripsi singkat tentang mengapa saya tidak sepenuhnya setuju dengan tiga poin dari lima poin itu. Lima pokok Calvinisme itu disingkat menjadi TULIP. Saya sadar bahwa penjelasan saya ini mungkin tidak dapat memuaskan setiap orang. Pada kenyataannya, ini mungkin tidak dapat memuaskan seorangpun! Namun demikian, saya berpikir bahwa saya harus memberikan pandangan saya tentang TULIP sebelum saya mempertahankan inti dasar dari Calvinisme.



1. Total depravity (rusak total).


Poin ini, saya percaya, bahwa ini sepenuhnya Alkitabiah. Ini mengajarkan bahwa orang-orang yang tidak bertobat adalah “mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosanya” (Efesus 2:1), bahwa orang-orang yang belum bertobat “mati dalam dosa” (Efesus 2:5), bahwa mereka memiliki “pengertian yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka” (Efesus 4:18). Ayat-ayat Alkitab tersebut, dan masih banyak yang lainnya, menunjukkan bahwa manusia secara total telah rusak (total depravity) , mati di dalam dosa, dengan tidak ada apapun di dalam naturnya yang sudah rusak itu untuk dapat meresponi Allah. Ketika para murid bertanya kepada Yesus, “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah." (Markus 10:27). Oleh sebab itu, saya setuju sepenuhnya dengan poin pertama dari lima pokok Calvinisme ini – yaitu kerusakan total (total depravity) . Saya percaya ini adalah kondisi yang sesungguhnya dari manusia seperti yang dipresentasikan oleh Alkitab.


2. Unconditional election (pemilihan tak bersyarat).


Doktrin dari Calvinisme ini tidak saya percaya. Saya percaya bahwa pemilihan didasarkan pada kemampuan Allah melihat masa depan (foreknowledge) terhadap orang yang akan bertobat. Benar atau salah, saya percaya bahwa orang-orang berdosa “dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita [the foreknowledge of God the Father – KJV]” (1 Petrus 1:2). Saya percaya bahwa Allah memilih sebelumnya (memilih untuk menyelamatkan) orang-orang yang telah Dia ketahui sebelumnya bahwa nantinya orang itu akan berhenti untuk menentang Injil, datang kepada Kristus, dan diselamatkan. Pandangan saya terhadap poin kedua ini mungkin bisa menyababkan orang-orang Calvinis keras untuk menyebut saya sebagai “Armenian.” Namun saya tidak setuju dengan pandangan Armenian tentang kerusakan total (depravity) . Manusia itu bukan sakit. Tetapi ia mati. Saya tidak berpikir bahwa manusia memiliki pengharapan keselamatan di luar anugerah Allah yang sebenarnya manusia tidak layak untuk menerimanya. “Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya” (Titus 3:5). Jadi walaupun saya tidak mempertahan doktrin pemilihan tak bersyarat (unconditional election) , namun saya juga tidak menerima pandangan Armenian, bahwa manusia dipilih berdasarkan kondisi ketaatan kepada Kristus. Itu akan menjadi kesalahan “synergisme.” Fakta bahwa Allah sendiri adalah agen aktif di dalam pertobatan dan manusia adalah pasif dan bisa atau menjadi bertobat oleh karena Allah sendiri dikenal sebagai monergisme. Teori yang mengatakan bahwa manusia berkontribusi [untuk keselamatan], walau sekecil apapun, itu disebut synergisme. Meresponi Injil berarti berhenti untuk menentang anugerah Allah, tetapi bukan berarti manambahkan ketaatan untuk anugerah itu. Manusia dapat menolak, namun tidak dapat meresponi Injil dalam kondisinya yang telah rusak. Bagaimana mungkin manusia dapat mentaati Kristus, atau melakukan sesuatu untuk menambahkan keselamatan, sementara ia “sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosanya” (Efesus 2:1)?


3. Limited atonement (penebusan terbatas).


Bagi saya ini adalah poin paling lemah dari semua poin Calvinisme. Alkitab dengan jelas mengatakan, “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1 Yohanes 2:2). “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia [bukan hanya orang pilihan] ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Saya tahu bahwa orang-orang Calvisnis memiliki jawaban untuk ayat-ayat ini dan ayat-ayat lain yang serupa, namun saya belum diyakinkan oleh mereka. John Goodwin (1593-1665), seorang pengkhotbah dan penulis Puritan Calvinistik, menulis sebuah buku yang menentang pengajaran penebusan terbatas (limited atonement) yang berjudul, Redemption Redeemed: A Puritan Defence of Unlimited Atonement (Wipf and Stock Publishers, 2004 reprint). Ini adalah bacaan berharga yang merupakan penolakannya terhadap pengajaran penebusan terbatas. Saya percaya bahwa Kristus, “oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia” (Ibrani 2:9).

(Artikel terkait : UNLIMITED ATONEMENT PENEBUSAN TIDAK TERBATAS, http://www.sarapanpagi.org/unlimited-at ... 6.html#p370 )



4. Irresistible grace (anugerah yang tidak dapat ditolak).


Luther memiliki kepercayaan yang kuat tentang perbudakan kehendak. Pada kenyataannya, bukunya yang paling penting berjudul, The Bondage of the Will. Ia mempertahankan bahwa tidak seorang pun dalam kondisinya yang tanpa pertobatan akan memiliki kemampuan untuk memutuskan, menerima, atau meresponi anugerah yang menyelamatkan. Namun Luther juga percaya bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menolak nya. Ini poin utama perbedaan antara Luther dan Calvinisme. Saya pikir Luther benar, dan Calvinisme salah dalam poin ini. Tolong jangan berpikir bahwa saya mengakui segala sesuatu yang dikatakan oleh Luther! Tentu saja saya tidak demikian! Tetapi saya berpikir bahwa ia benar berhubungan dengan ini. Untuk pertanyaan tentang mengapa beberapa orang menerima anugerah sementara yang lain tidak, Luther dengan sederhana berkata bahwa itu adalah misteri, tidak dinyatakan oleh Alkitab. Luther harus berkata bahwa beberapa orang menolak Injil sementara yang lain menerimanya, dan membiarkan itu berlalu tanpa penjelasan mengapa beberapa menerima dan yang lain tidak. Saya cenderung setuju dengannya bahwa Alkitab tidak menjelaskan mengapa bisa terjadi demikian. Oleh sebab itu saya tidak percaya dengan pengajaran anugerah yang tidak dapat ditolak (irresistible grace) . Anugerah dapat ditolak, namun itu tidak dapat “diterima” dengan kehendak dari manusia yang belum dilahirbarukan, karena keselamatan semata-mata hanya oleh karena anugerah Allah. “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” (Markus 10:26). “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.” (Markus 10:27). Manusia dapat menolak keselamatan, namun hanya Allah yang dapat memberikannya. Luther berkata, “Orang-orang yang tidak percaya menolak kehendak Allah.” Alkitab berkata, “kamu selalu menentang Roh Kudus” (Kisah Rasul 7:51). Oleh sebab itu, anugerah bukan tidak dapat ditolak.


5. Perseverance of the saints (pemeliharaan orang-orang kudus).


Ini adalah poin terakhir dari lima pokok Calvinisme. Saya percaya di dalamnya dengan segenap hati saya, karena itu dengan jelas dikatakan di dalam Alkitab, “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:36). Yesus berkata, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (Yohanes 10:27-28 ). Sekali manusia memiliki hidup yang kekal, itu tidak dapat direbut darinya, atau kehilangan keselamatannya. Sekali manusia benar-benar bertobat, ia tidak dapat menjadi “tidak bertobat.” Oleh sebab itu, saya sepenuhnya percaya di dalam doktrin Calvinistik tentang “jaminan kekal” dari orang-orang yang benar-benar telah bertobat.

Saya pikir ini adalah apa yang Richard Baxter (1615-1691), orang yang dijuluki sebagai “Mister Puritan,” maksudkan dengan istilahnya “mere Christianity.” “Ini menempatkan dia pada posisi tengah antara… Calvinisme dan Armenianisme” (Elgin S. Moyer, Ph.D., Who Was Who in Church History, Moody Press, 1974, p. 33). “Apa yang Richard Baxter rindukan adalah menjadi perantara antara para ekstrimis dalam kehidupan agamawi orang-orang berbahasa Inggris” (J. D. Douglas and Philip W. Comfort, Who’s Who in Christian History, Tyndale House Publishers, 1992, p. 69). Saya menemukan diri saya sendiri setuju dengan Luther, tokoh Puritan John Goodwin, dan Richard Baxter berhubungan dengan beberapa doktrin mereka tentang poin kedua, ketiga dan keempat dari lima pokok Calvinisme.

Apakah ini menjadikan saya Armenian? Tidak dalam penggunaan modern untuk kata ini. Armenian modern tidak menekankan kerusakan total (total depravity) , keselamatan hanya oleh anugerah, tanpa bantuan manusia, dan Armenian biasanya menolak pengajaran Alkitab tentang jaminan kekal bagi orang yang benar-benar telah bertobat.

Beberapa orang mengatakan kepada saya bahwa saya adalah “Calvinis moderat.” Saya tentu bukan hyper-Calvinis, karena saya percaya khotbah keselamatan ditawarkan secara cuma-cuma kepada semua orang. Sehingga saya kira, karena tidak ada term yang lebih baik, saya sungguh seorang “Calvinis moderat,” karena saya sepenuhnya setuju dengan jawaban Yesus atas pertanyaan ini, “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memberikan jawaban yang benar, “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.” (Markus 10:26-27).

Seperti yang saya telah katakan, saya tahu bahwa posisi saya sebagai “Calvinis moderat” tidak akan memuaskan semua orang. Ini mungkin bahkan tidak memuaskan seorangpun! Namun saya berpikir bahwa itulah yang diajarkan oleh Alkitab. Saya percaya bahwa Firman Allah memberikan kita dasar-dasar kebenaran yang menjadi dasar pandangan “Calvinisme moderat” ini. Selanjutnya, saya akan menjelaskan tentang

(1) atraksi Calvinisme hari ini;
(2) kebenaran-kebenaran inti dalam Calvinisme; dan
(3) perlunya mengaplikasikan kebenaran-kebenaran Alkitab ini.




I. Pertama, atraksi Calvinisme hari ini.


Tidak perlu diragukan lagi bahwa telah ada kebangkitan Calvinisme dalam kehidupan orang Baptis hari ini. Dr. Ergun Caner, rektor Liberty Theological Seminary, berkata :

Dalam tulisan seorang Baptis belakangan ini, saya membaca: “Gereja lain terpecah belah oleh Calvinisme.” Para wartawan Baptis mulai menginvestigasi isu yang mengganjal ini. Para calon pejabat presiden Southern Baptist Convention secara tajam ditanya, “Apakah Anda memandang isu Calvinisme sebagai ancaman?” Ketika saya pulang dari acara pertunangan bulan lalu saya berjumpa dengan seorang direktor dari badan misi. Ketika kami berbincang-bincang, ia mendekat dan berbisik, “Gerakan Reformed [Calvinistik] tidak akan berlalu. Mereka secara pelan-pelan mengambil alih beberapa gereja utama” (National Liberty Journal, June/July 2006, p. 1).


Mengapa gerakan Calvinisme menjadi sangat popular di antara banyak gereja Baptis? Saya percaya ini disebabkan oleh dua alasan utama.

Pertama, banyak dari gereja kita tidak lagi memiliki arah teologi yang pasti. Banyak orang Baptis tidak tahu apakah yang mereka percayai tentang subyek keselamatan. Dan kita hidup di zaman ketika teologi “decisionis” yang dihasilkan oleh Charles G. Finney membingungkan semua orang di sekitar kita. Kita memberikan undangan, orang-orang maju ke depan, kita membaptiskan mereka, dan kemudian kita tidak pernah melihat mereka lagi. Para gembala dikecewakan oleh teologi dan metode ini, dan menginginkan sesuatu yang lebih solid. Sehingga, banyak dari mereka kemudian berbalik sepenuhnya kepada Calvinisme untuk menemukan jawaban, sebagaiman system “decisionis” lama dari Finney membingungkan seluruh negeri kami, dan seluruh dunia.

Kedua, banyak gembala yang rajin belajar mulai menyadari bahwa hampir semua orang Baptis sampai pada zaman Spurgeon adalah Calvinis. Anda tidak dapat menyembunyikan fakta ini dari seseorang yang mempelajari hal ini dalam sejarah dan teologi Kekristenan. Ketika para gembala yang rajin belajar membaca sejarah Baptis, dan buku-buku tua tentang teologi Baptis, mereka menyadari bahwa, “Mereka semua adalah Calvinis!” Anda tidak dapat menyembunyikan itu lebih lama dari orang-orang yang rajin belajar.

Pada suatu malam saya membaca pernyataan iman dari salah satu sekolah Baptis kita. Berikut ini adalah pernyataan iman tersebut, yang tertulis dalam catalog sekolah tersebut mengenai “Oleh Anugreah dalam Ciptaan Baru”:

“Kami percaya bahwa agar supaya diselamatkan, orang-orang berdosa harus dilahirbarukan; kelahiran baru itu adalah ciptaan baru di dalam Yesus Kristus; bahwa itu terjadi seketika bukan suatu tahapan; bahwa di dalam kelahiran baru orang itu telah mati di dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa mengambil bagian dalam natur illahi dan menerima hidup kekal, pemberian cuma-cuma dari Allah; bahwa ciptaan baru itu disempurnakan dengan cara yang melampau pengertian kita, bukan oleh kultur, bukan oleh karakter, juga bukan oleh kehendak manusia, namun sepenuhnya dan hanya oleh kuasa Roh Kudus dalam hubungan dengan kebenaran illahi; agar supaya menjamin ketaatan sukarela kita terhadap Injil; bahwa bukti utamanya nampak dalam buah-buah kekudusan dari pertobatan, iman, dan kehidupan baru.”

Pernyataan itu murni Calvinisme. Dan pernyataan doctrinal seperti itu nampak di banyak catalog sekolah-sekolah Baptis.


Bagaimana kita dapat mengharapkan para mahasiswa yang rajin meneliti untuk respek terhadap kita sementara mereka membaca pernyataan-pernyataan doctrinal Calvinistik ini dan kemudian mendengar pengajaran yang menentang itu yang diajarkan oleh para professor di kelas dari sekolah-sekolah yang sama yang memuat doktrin-doktrin ini dalam catalog mereka di halaman pertama?

Jadi, alasan pertama bahwa Calvinisme sedang bertumbuh dalam berbagai gerakan Baptis kita disebabkan oleh banyak pengkhotbah kita sedang mencari standard doctrinal, mulai menolak “decisionisme” dari Finney, dan menemukan yang lebih dekat dengan semua pemimpin Baptis di masa lalu yang adalah Calvinis, dan bahwa banyak kepercayaan Calvinistik di masa lalu yang dipindahkan ke dalam banyak pernyataan iman yang mereka baca di dalam catalog-catalog Sekolah Alkitab dan Seminari kita! Saya pikir pemikiran-pemikiran ini membantu untuk menjelaskan atraksi Calvinisme dan kebangkitannya hari ini.




II. Kedua, kebenaran-kebenaran inti dalam Calvinisme.


Alasan utama untuk kebangkitan Calvinisme adalah benar bahwa dalam penekanan utamanya adalah Alkitabiah. Kita mungkin tidak sepenuhnya setuju dengan poin kedua, ketiga, dan keempat dari lima pokok Calvinisme, namun kita tidak dapat menghindari kebenaran bahwa manusia pada kenyataannya terhilang dan tidak dapat melakukan apapun untuk menyelamatkan dirinya sendiri terlepas dari intervensi anugerah Allah. Saya pikir itulah sebabnya mengapa lagu “Sangat Besar Anugerah-Nya’ oleh John Newton masih sangat popular di semua buku nyanyian yang beredar di gereja-gereja Baptis. Siapakah yang tidak akan setuju dengan bait pertama ini?

Sangat besar anugerah-Nya!
Yang menyelamatkan orang celaka seperti aku!
Dulu aku sesat, namun sekarang ditemukan
Dulu buta namun sekarang melihat.

(“Amazing Grace,” by John Newton, 1725-1807).

Namun, bait pertama itu memberikan jantung dari Calvinisme, bahwa manusia tersesat, dalam kondisi rusak total, bahwa ia harus “ditemukan” oleh Allah, dan bahwa kondisi “kebutaan” rohaninya hanya dapat dicelikkan oleh anugerah. Anugerah itu “sangatlah besar” karena itu tidak semestinya diberikan, dan sebenarnya kita tidak layak untuk menerimanya. Seperti dalam katalog sekolah Baptis itu menuliskan pengakuam doctrinal mereka seperti berikut ini,

Di dalam kelahiran baru orang itu telah mati di dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa mengambil bagian dalam natur illahi dan menerima hidup kekal, pemberian cuma-cuma dari Allah; bahwa ciptaan baru itu disempurnakan dengan cara yang melampau pengertian kita, bukan oleh kultur, bukan oleh karakter, juga bukan oleh kehendak manusia, namun sepenuhnya dan hanya oleh kuasa Roh Kudus dalam hubungan dengan kebenaran illahi; agar supaya menjamin ketaatan sukarela kita terhadap Injil…

Di sana Anda memiliki inti dari Calvinisme, yang saya percaya benar sesuai Alkitab. Manusia “mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa.” Kemudian manusia memperoleh “bagian dalam natur illahi dan menerima hidup kekal, pemberian cuma-cuma dari Allah.” “Ciptaan baru [kelahiran kembali] itu disempurnakan dengan cara yang melampaui pengertian kita, bukan oleh kultur, bukan oleh karakter, juga bukan oleh kehendak manusia, namun sepenuhnya dan hanya oleh kuasa Roh Kudus.” Roh Kudus yang membuat orang berdosa yang telah mati itu untuk “mentaati Injil.”

Ini adalah keselamatan oleh anugerah Allah, bukan keselamatan oleh “decision” manusia. Orang berdosa itu dilahirkan kembali,

“bukan dari darah [bukan oleh kultur, bukan oleh karakter] atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki [bukan oleh kehendak manusia], melainkan dari Allah” (Yohanes 1:13).

Allah di dalam Kristus adalah “yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” (Ibrani 12:2). Seperti nabi Yunus menekankan ini, “Keselamatan adalah dari TUHAN” (Yunus 2:9).

Dalam teologi, ini disebut sebagai “monergism.” Itu berarti Allah adalah satu-satunya yang memimpin kepada iman dan membawa kepada kesempurnaan iman yang menyelamatkan itu. Itu berarti bahwa keselamatan adalah

“pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9).

Charles G. Finney merobek inti dari keselamatan oleh anugerah ketika ia mulai mengajar bahwa manusia dapat berkontribusi untuk keselamatannya (synergisme) dengan “decision” (pengambilan keputusan) lahiriah, mengangkat tangan, atau mengucapkan kata-kata “doa orang berdosa.” Selanjutnya, bait pertama dari lagu ‘Sangat Besar Anugerah-Nya” tidak berada di bawah pengaruh teologi Finney. Dan bait kedua juga tidak mengandung arti yang dipengaruhi oleh pengajaran palsu Finney.

‘Oleh anugerah hilanglah
segala takutku;
Betapa indah anugerah
Memberi berkat restu!


Hanya anugerah Allah yang menghasilkan ketakutan penghakiman akan dosa. Hanya anugerah Allah yang membebaskan ketakutan-ketakutan itu ketika orang berdosa ditarik kepada Yesus Kristus saja untuk keselamatannya. Ini adalah inti pengajaran dari semua pemimpin Baptis di masa lalu. Kita tidak berkontribusi apapun untuk keselamatan kita sendiri. Keselamatan sepenuhnya hanya oleh anugerah Allah di dalam Kristus.

Pekerjaan Roh Kudus yang pertama adalah menghakimi dan menginsafkan orang terhilang akan dosanya.

“Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa,… akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku” (Yohanes 16:8-9).

Hanya ketika orang yang belum bertobat diinsafkan akan keadaannya yang penuh dosa, kondisinya yang terhilang, Roh Kudus memuliakan Kristus dalam pikiran dan hatinya.

“Ia [Roh Kudus] akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.” (Yohanes 16:14).




III. Ketiga, perlunya menerapkan kebenaran-kebenaran Alkitab ini.


Kebanaran inti dari Calvinisme adalah bahwa manusia telah mati di dalam dosa (Efesus 2:1, 5), dan hanya dapat dihidupkan oleh Allah di dalam Kristus. Kebangkitan Lazarus adalah gambaran sempurna dari keselamatan hanya oleh anugerah, melalui Kristus saja.

Lazarus telah mati. Ia benar-benar telah mati! Saudarinya berkata,

“Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati” (Yohanes 11:39).

Itu menggambarkan orang berdosa. Bukan hanya ia telah mati, namun ia telah berbau busuk dalam pemandangan Allah di dalam kondisinya yang telah mati. Pikiran terhilangnya

“…adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya” (Roma 8:7).

Namun Yesus datang ke kubur Lazarus dan

“berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" Orang yang telah mati itu datang ke luar… Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi” (Yohanes 11:43-44).


Itu adalah gambaran sempurna dari monergisme – keselamatan hanya oleh anugerah, hanya melalui Kristus. Ini adalah jantung dari Calvinisme, itu adalah bagian dari Calvinisme yang benar sesuai dengan Alkitab, itu adalah yang dipercayai oleh para pemimpin Baptis masa lalu, dan yang harus dikhotbahkan kembali di gereja-gereja kita.

Apakah Calvinisme berbahaya? Hanya ketika bagian-bagian kecil dari ajaran ini ditekankan sebagai dogma yang absolut. Hanya ketika semua dari lima pokok dijejelkan ke dalam pikiran jemaat, seolah-olah “doktrin anugerah” ini dapat menyelamatkan mereka. Saya berkata bahwa “doktrin anugerah” dalam Calvinisme tidak pernah dapat menyelamatkan siapapun. Semua doktrin ini, demi pengajaran doktrin ini, menyebabkan gereja terpecah belah.

Dalam permulaan khotbah ini saya mengutip Dr. Ergun Caner, yang berkata bahwa Calvinisme adalah “isu yang mengganjal” di antara gereja Baptis. Saya yakin bahwa dia benar. Ini merepresentasikan “mode” yang lain, ketika banyak orang Baptis dan Injili lainnya terombang-ambingkan angin, mencoba menunjukkan bagaimana menumbuhkan gereja-gereja yang solid. Penekanan karismatik datang dan pergi. Gerakan “purpose driven” datang dan sekarang dengan cepat menjadi “ketinggalan jaman.” Sebelumnya itu membuat “berbis-bis orang yang datang ke gereja dan memenuhi Sekolah Minggu.” Sebelumnya itu adalah menjadi kebangunan “penginjilan” yang besar. Kita berpindah dari trend satu ke trend lain – mengharapkan bagaimana kita dapat menambahkan para petobat yang solid untuk gereja-gereja kita. Sekarang kita sedang mencoba menggunakan lima pokok Calvinisme.

Namun saya memprediksi bahwa itu akan terlihat di masa depan sebagai trend yang sudah ketinggalan zaman. Tidak ada sesuatupun yang benar-benar akan menambahkan orang-orang Kristen yang solid bagi gereja-gereja kita kecuali pertobatan-pertobatan sejati! Dan kita tidak akan memiliki banyak pertobatan sejati kecuali kita mengubah khotbah kita dari memutar-mutar ayat per ayat dan kembali ke model khotbah masa lalu, menyampaikan khotbah tentang tuntutan hukum Taurat dan Injil – dan kecuali para pengkhotbah sendiri (bukan mendelegasikan!) membuat appointment atau memberikan konseling untuk menyelidiki jiwa-jiwa yang mengaku sudah bertobat beberapa kali sebelum membaptiskan mereka. Kemudian, dan baru setelah itu, kita akan menemukan jawaban dari dilema kita ini

Penekanan lima pokok Calvinistik tidak akan menambahkan petobat-petobat sejati. Itu secara sederhana akan menambahkan lebih banyak orang yang belum bertobat yang memiliki pengetahuan yang kuat tentang teologi Calvinistik. Dr. Martyn Lloyd-Jones menulis bab yang bagus dalam bukunya The Puritans: Their Origins and Successors (Banner of Truth Trust, 1996 reprint, pp. 170-190). Bab itu diberi judul “Sandemanianism.” Robert Sandeman adalah pembela lima pokok Calvinis yang mengajar bahwa kepercayaan mentalitas dalam doktrin anugerah menyelamatkan manusia. Itu adalah kebohongan dari “Sandemanianism.” Dan saya takut bahwa kesalahan ini diletakkan dalam jantung kebangkitan Calvinisme hari ini.

Ketika George Whitefield sedang berkhotbah di Boston, seorang hamba Tuhan yang sudah lanjut usia datang kepadanya dan berkata, “Tuan Whitefield, saya telah mengkhotbahkan doktrin anugerah untuk waktu yang lama, namun saya percaya bahwa saya belum pernah merasakan kuasa darinya di dalam jiwa saya sendiri.” Air mata berderai dari wajah hamba Tuhan tua itu. Whitefield membimbing dia beberapa saat untuk memastikan ia sekarang telah bertobat.

Saya harus berkata lagi bahwa pengajaran tentang doktrin Calvinisme semata-mata hanya memimpin kepada seperti apa yang disebut Dr. Lloyd-Jones sebagai “penyesatan Sandemanianisme.” Semua doktrin Calvinistik ini, pengajaran untuk mempertahankannya, tidak akan memimpin kepada apapun selain kebingungan. Itu tidak akan menambahkan para petobat baru yang solid dari dunia ke dalam gereja-gereja kita. Sandemanian Calvinisme, begitu merajalela hari ini, hanya akan memimpin kepada banyak gereja terpecah belah.

Namun jantung dari Calvinisme – kerusakan manusia dan keselamatan hanya oleh anugerah hanya melalui Kristus – membawa kepada kehidupan! Dan itu adalah khotbah yang harus dikhotbahkan (bukan sekedar diajarkan) – namun dikhotbahkan, di puncak paru-paru kita – untuk mempresentasikan “angkatan yang jahat ini” (Kisah Rasul 2:40).

Dan ketika kita telah mengkhotbahkan dosa dan api Neraka kepada manusia berdosa yang telah rusak, dan ketika kita telah mengkhotbahkan keselamatan hanya oleh anugerah melalui Kristus saja kepada orang-orang berdosa yang pada hakekatnya mati – kemudian kita harus, seperti yang dilakukan oleh semua pemimpin Baptis di masa lalu – membimbing mereka sampai kita mendengar mereka memberikan kesaksian yang riil tentang keselamatan oleh anugerah melalui penebusan Darah Kristus.

Setiap gembala harus membimbing secara individu orang-orang yang terhilang di kantor pribadinya sampai ia memastikan bahwa setiap jemaat telah diselamatkan hanya oleh anugerah hanya melalui Kristus – dan sampai orang berdosa itu menunjukkan secara jelas kesaksiannya bahwa “darah Yesus Kristus Anak-Nya” menyucikan dia dari “segala dosa” (1 Yohanes 1:7).

“Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan? Yesus memandang mereka dan berkata: Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.” (Markus 10:26-27).